Taman Miana sungguh ramai malam tadi. Ratusan orang anak-anak, remaja, dan orang dewasa bersiap dalam barisan. Mereka menggenggam batang bambu dengan sumbu menyala di bagian atasnya. Mereka akan pawai obor. Mereka nampak bergembira.
Sudah 2 tahun mereka menunggu moment seperti ini karena pandemi yang masih menyisakan kepiluan. Tapi tahun ini adalah waktu perayaan. Pawai obor itu ekspresi kegembiraan. Mereka menyambut Hari Kemerdekaan RI ke 77 dengan rasa kerinduan. Rindu kebebasannya, rindu perayaan.
Maka malam ini istimewa. Warga Kelurahan panji mengenakan baju melayu, berjalan perlahan mereka memainkan rebana, menyanyikan pujian untuk kekasihNya, mereka sholawatan sepanjang lintasan jalan.
Hadrah yang syahdu dilantunkan, sesekali penuh semangat, menambah meriah pawai obor. Peserta anak-anak terlihat sumringah, berusaha menyesuaikan langkah kakinya dengan ritme tempo hadrah. Iringan pawai itu cukup panjang. Semuanya mengatur langkahnya, untuk bisa bergerak bersama dengan indah, terbimbing syair-syair hadrah yang mengungkap rasa cinta pada kekasihNya.
Mereka bertolak dan kembali pada titik yang sama, di Taman Miana. Wajah-wajah itu gembira, mereka bahagia. Di bagian belakang iringan kerlip obor itu adalah para orang tua. Merekapun ikut menyanyikan syair sholawat. Tapi getaran suaranya berbeda.
